Berdasarkan Riwayat yang bersumber dari Imam Tirmidzi, dijelaskan bahwa perintah shalat diberikan langsung kepada Rasulullah. Dari sahabat Anas bin Malik, diceritakan bahwa pada awalnya salat di malam Mi’raj diberikan pada Nabi sebanyak 50 kali, akan tetapi oleh Nabi Musa, diberikan masukan agar Rasulullah meminta keringanan.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ فُرِضَتْ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ الصَّلَوَاتُ خَمْسِينَ ثُمَّ نُقِصَتْ حَتَّى جُعِلَتْ خَمْسًا ثُمَّ نُودِيَ يَا مُحَمَّدُ إِنَّهُ لَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ وَإِنَّ لَكَ بِهَذِهِ الْخَمْسِ خَمْسِينَ
Dari Anas bin Malik berkata; “Di malam isra` Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diberi kewajiban untuk melaksanakan salat sebanyak lima puluh kali. Kemudian bilangan tersebut dikurangi hingga menjadi lima kali, beliau lalu diseru, “Wahai Muhammad, sesungguhnya ketentuan yang ada di sisi-Ku tidak bisa dirubah, maka engkau akan mendapatkan pahala lima puluh (waktu salat) dengan lima (waktu salat) ini.” (HR. Tirmizi).
Jika diperhatikan, ibadah salat wajib secara langsung diberikan Allah kepada Nabi Muhammad tanpa perantara malaikat jibril adalah ibadah salat. Apa alasan dibalik hal yang demikian tersebut?
Alasan perintah salat diberikan secara langsung ialah untuk menandakan bahwa perintah salat adalah sangat agung. Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Abdul Muhsin al-Abbad dalam kitab Syarah Sunan Abu Daud, ia menuliskan berikut:
فمما ورد في بيان عظم شأنها: أن الله تعالى فرضها على نبيه صلى الله عليه وسلم وهو في السماء، ولم يفرضها عليه وهو في الأرض وإنما فرضت عليه وهو في السماء -صلوات الله وسلامه وبركاته عليه- ليلة المعراج
Di antara bukti akan keagungan salat: Allah memberi kewajiban salat kepada Nabi saat berada di langit, dan tidak memberikan kewajiban itu saat berada di bumi. Sesungguhnya Allah memerintahkan (hambaNya) untuk salat saat Nabi berada di langit di malam Mi’raj.
Pendapat serupa juga dinyatakan oleh Syekh Al Jamal, bahwa perintah salat tersebut untuk menunjukkan bahwa ibadah ini memiliki keistimewaan yang lebih agung dan lebih luhur melebihi ibadah wajib lainnya. Itulah alasan kenapa Allah langsung memberikan kewajiban salat ini kepada Rasulullah. Ia berkata:
وَمِنْ شَأْنِ الصَّلَاةِ أَنْ يَتَقَدَّمَهَا الطُّهْرُ نَاسَبَ ذَلِكَ أَنْ تُفْرَضَ فِي تِلْكَ الْحَالَةِ وَلِيَظْهَرَ شَرَفُهُ فِي الْمَلَأِ الْأَعْلَى
“Termasuk kewajiban dalam salat adalah harus diawali dengan suci. Maka (Rasulullah yang suci pada peristiwa isra mi’raj dari hadats, dhahir, dan segala sifat tercela, batin) sudah cocok untuk menerima kewajiban dalam keadaan tersebut. Juga untuk menunjukkan kemuliaannya kepada para malaikat yang luhur.” (Syekh al-Jamal, Futuhat al-Wahhab bi Taudihi Sayrh Manhaji at-Tullab, juz I, halaman 263).
Selain itu, ada alasan lain kenapa perintah salat diberikan langsung kepada Baginda Rasulullah, jawabannya ialah Allah hendak memuliakan Rasulullah. Nabi Muhammad adalah manusia agung dan penuh kebajikan, oleh karena Allah sengaja memanggilnya untuk melaksanakan mikraj ke Sidratul Muntaha, untuk memberikan perintah salat yang suci. Penjelasan ini diterangkan oleh Rifa’ah at-Thahthawi , pemikir Islam dari Mesir dalam buku berjudul , Nihayatul Ijaz fii Sirati Sakinil Hijaz. Dalam kesimpulannya, Ibadah salat diberikan Rasulullah menunjukkan ia adalah hamba yang terbaik. Pun salat termasuk cara komunikasi antara seorang hamba dan Tuhan-Nya yang Maha Agung.